BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 03 Maret 2011

PENGERTIAN MENULIS

Ketika kita belajar di kelas I SD kita belajar menulis. Pelajaran menulis ketika itu berupa cara kita menulis abjad. Kita mengenal hal tersebut dengan sebutan menulis huruf demi huruf. Kita belajar menulis huruf demi huruf secara terpisah atau bersambung. Sementara itu mulai kelas II atau kelas III kita mulai belajar menulis yang lain, yaitu yang selama ini dikenal dengan istilah mengarang. Menulis yang sering diidentikkan dengan mengarang itu dinamakan menulis komposisi. Artinya bukan lagi huruf demi huruf, tetapi menulis yang berarti mengekspresikan gagasan. Ekspresi gagasan itu amat beraneka ragam sifatnya. Ada yang rekaan, ada yang faktual. Keduanya bagaimanapun harus dilihat dari susunan. Artinya, sebuah karangan apakah itu yang rekaan atau faktual setidaknya harus terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Pendahuluan berfungsi sebagai pengantar kepada komposisi tulisan yang utuh. Yang dimaksud dengan pendahuluan di sini adalah bagian di mana penulis memberikan semacam ancang-ancang sebelum pembaca menyelami tulisan itu secara rinci. Sedangkan bagian isi merupakan inti sebuah tulisan. Pada bagian ini penulis menumpahkan gagasannya secara rinci. Ia bisa mendeskripsikan gagasannya satu persatu. Ia bisa menceritakan kejadian dan kejadian. Ia bisa menjelaskan bagian demi bagian pembahasannya. Ia juga bisa mengajukan argumen-argumen untuk meyakinkan pembacanya agar pembaca yakin akan kebenaran tulisannya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan menulis adalah kegiatan menumpahkan atau mengekspresikan gagasan dengan menggunakan media tulis. Yang dimaksud dengan media tulis adalah penggunaan bahasa tulis. Karena itu, kita harus membedakannya dengan komposis
2
lisan seperti pidato. Sekalipun sama-sama komposisi, pidato merupakan komposisi lisan. Bagian penutup biasanya merupakan simpulan dari isi tulisan. Simpulan itu merupakan rangkaian tak terpisahkan dari bagian pendahuluan dan isi simpulan berbeda dengan rangkuman. Ada kalanya pada bagian ini tidak hanya simpulan, tetapi juga disertakan saran juga penegasan-penegasan kembali.
3
II. PENGERTIAN PARAGRAF, JENIS PARAGRAF, DAN JENIS TULISAN Sebuah tulisan, sebuah komposisi, terdiri atas satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut paragraf atau alinea. Banyak definisi atau pengertian paragraf yang diberikan para ahli. Namun, betapapun banyaknya pengertian-pengertian itu, pada hakekatnya sebuah paragraf harus mengandung dua gagasan. Kedua gagasan itu minimal diekspresikan ke dalam dua kalimat yang berbeda. Kedua gagasan atau kedua kalimat itu masing-masing harus terdiri dari gagasan utama atau kalimat pokok dan gagasan penjelas atau kalimat penjelas. Gagasan utama atau kalimat utama adalah gagasan atau kalimat menjadi inti sebuah paragraf. Sedangkan gagasan penjelas atau kalimat penjelas adalah kalimat atau gagasan yang menjelaskan kalimat atau gagasan inti dalam sebuah paragraf. Setidaknya kalimat atau gagasan penjelas harus terdiri dari satu kalimat. Sekalipun demikian, hal itu tidak mutlak sifatnya. Artinya kalimat penjelas itu bisa saja terdiri dari dua kalimat atau lebih. Oleh karena itu, sebuah paragraf bisa diartikan sebagai unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Artinya, paragraf yang baik minimal terdiri dari dua kalimat atau dua gagasan. leh karena itu, sebuah paragraf bisa diartikan sebagai unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Artinya, paragraf yang baik minimal terdiri dari dua kalimat atau dua gagasan. Setelah kita memahami pengertian paragraf, sampailah kita kepada bahasan jenis paragaraf. Secara rinci, jenis-jenis paragraf adalah sebagai berikut.
4
Pertama, paragraf deskripsi. Paragraf jenis ini berisi kalimat-kalimat yang mendeskripsikan, menggambarkan sesuatu. Misalnya deskripsi kota Bandung pada pagi hari. Perhatikan contoh berikut. Bandung masih diselimuti kabut. Orang-orang baru satu dua yang lalu lalang. Kendaraan hanya kadang-kadang terdengar menderu. Yang tampak dominan adalah para petugas kebersihan kota. Mereka sibuk membersihkan sampah. Mereka bekerja dengan riang. Kadang-kadang mereka bersenandung di sela-sela pekerjaannya. Perlahan tapi pasti keramaian kendaraan di jalan bertambah sedikit demi sedikit. Bandung sedang menggeliat dari tidurnya. Kedua, paragraf eksposisi. Kalau paragraf deskripsi menggambarkan sesuatu, paragraf eksposisi berusaha menjelaskan sesuatu atau memberikan sesuatu. Penjelasan atau pemerian seringkali bertolak dari satu definisi. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut. Agar lebih mudah contoh yang dikemukakan masih sekitar kota Bandung. Kota Bandung adalah salah satu ibu kota propinsi dari sekian banyak propinsi di Indonesia, yaitu propinsi Jawa Barat. Sebagai ibu kota Propinsi Kota Bandung juga amat dikenal sebagai kota Asia Afrika, yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain itu, nkota Bandung pun memiliki banyak julukan, di antaranya sebagai Paris van Java. Lihatlah, kalimat demi kalimat saling mendukung untuk memberikan gambaran kota Bandung pada pagi hari. Kalimat utama paragraf ini terletak di awal paragraf, yaitu Bandung masih deselimuti kabut dan pada akhir paragraf berupa pengulangan yang menegaskan kembali kalimat utama pada bagian awal tadi, yaitu Bandung sedang menggeliat dari tidurnya. Kedua, paragraf eksposisi. Kalau paragraf deskripsi menggambarkan sesuatu, paragraf eksposisi berusaha menjelaskan sesuatu atau memberikan sesuatu. Penjelasan atau pemerian seringkali
5
bertolak dari satu definisi. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut. Agar lebih mudah contoh yang dikemukakan masih sekitar kota Bandung. Kota Bandung adalah salah satu ibu kota propinsi dari sekian banyak propinsi di Indonesia, yaitu propinsi Jawa Barat. Sebagai ibu kota Propinsi Kota Bandung juga amat dikenal sebagai kota Asia Afrika, yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain itu, nkota Bandung pun memiliki banyak julukan, di antaranya sebagai Paris van Java. Perhatikanlah, sebuah eksposisi bertolak dari definisi. Definisi terdiri dari tiga bagian, yaitu istilah yang didefinisikan, kelas dari yang didefinisikan, dan diferensiasi atau pembeda dari anggota kelasnya. Kota Bandung ada yang didefinisikan. Kelasnya yaitu salah satu ibu kota propinsi dari sekian banyak propinsi di Indonesia. Sedangkan diferensiasi atau pembedanya yaitu propinsi Jawa Barat. Diferensiasi berfungsi membedakan. Di sini kota Bandung berbeda dengan ibu kota propinsi lainnya. Mengapa? Karena Jawa Barat adalah hanya satu-satunya di Indonesia. Artinya, itulah yang membedakan kota Bandung dari ibu kota propinsi lainnya, yaitu ibu kota propinsi Jawa Barat. Jenis paragraf yang ketiga adalah paragraf argumentasi. Kalau paragraf eksposisi dan paragraf deskripsi masing-masing menjelaskan atau memberikan dan mendeskripsikan atau menggambarkan, paragraf argumentasi berusaha meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan adalah benar. Cara meyakinkan kebenaran itu bisa dengan cara mengajukan sejumlah fakta. Perhatikan contoh berikut, masih tentang kota Bandung agar anda mendapat kejelasan untuk masing-masing paragraf yang berbeda. Hampir semua orang yang pernah tinggal di kota Bandung menyatakan merasa betah tinggal di kota Bandung. Bahkan, umumnya mereka berusaha tetap tinggal di kota ini. Bisa dimengerti mengapa mereka merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat kriminalitasnya juga relatif kecil bila dibandingkan dengan kota setaranya, Surabaya dan Medan
6
misalnya. Terdapat banyak lembaga pendidikan tinggi negeri di dalamnya. Juga kotanya tidak terlalu besar seperti Jakarta, sehingga dari satu sudut kota ke sudut kota lainnya tidak terlalu jauh. Itulah beberapa hal yang menyebabkan para pendatang rela tinggal berdesakan di kota ini. Kalimat ketiga dan seterusnya merupakan argumentasi atau alasan mengapa para pendatang itu merasa betah tinggal di kota Bandung. Memang, jawaban mengapa mereka betah tinggal di kota Bandung itu tidak mungkin hanya diberikan oleh satu kalimat. Oleh karena itu, seringkali jawaban, alasan, atau usaha meyakinkan bahwa apa yang dikemukakan penulsi itu benar tidak cukup oleh hanya satu kalimat. Dengan kata lain, alasan itu harus benar-benar rinci agar pembaca yakin bahwa alasan itu benar. Jenis paragraf yang terakhir adalah paragraf narasi. Paragraf narasi adalah paragraf yang berusaha mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang dialami seorang tokoh. Urutan peristiwa itu bisa berupa urutan kronologis adalah urutan peristiwa berdasarkan urutan waktu. Sedangkan urutan atau hubungan kausal adalah urutan atau hubungan peristiwa berdasarkan hubungan sebab-akibat. Perhatikan contoh berikut agar lebih jelas. Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat dicintainya seolah-olah tidak mau ada satu pun sudut yang terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya menyisakan kenangan amat mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut Setiabudi. Di wilayah ini ia menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran dilanjutkan ke wilayah balai kota dan sekitarnya. Di sini pun ia amat hanyut dengan kenangan bersama-sama sahabatnya, juga kekasihnya. Lalu, ia lanjutkan menyusuri wilayah alun-alun yang sekarang telah berubah total dari masa dua puluh tahun yang lalu. Lagi-lagi ia terhanyut dalam kenangan masa lalunya. Setiap tempat, setiap sudut kota itu, yang ada hanyalah kenangan indah baginya seluruhnya.
7
Jelas betul perbedaannya dengan paragraf lainnya, bukan ? Apalagi contoh yang dikemukakan semua tentang kota Bandung, tentang satu subjek. Sengaja hal itu penulis lakukan agar Anda beroleh contoh yang membedakan masing-masing kasus/paragraf. Selain jenis paragraf seperti itu yang berdasarkan isi paragraf, ada pula jenis paragraf, adapula jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama dalam sebuah paragraf. Berdasarkan hal ini ada empat jenis paragraf. Pertama, paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. Paragraf ini disebut paragraf deduktif. Kedua, paragraf induktif, yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf. Ketiga yang kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf. Ketiga paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf. Paragraf ini disebut sebagai paragraf deduktif induktif. Terakshir paragraf yang kalimat utamanya atau gagasan utamanya tersebar pada keseluruhan paragraf. Paragraf ini disebut sebagai paragraf tersebar. Masing-masing contohnya sebagai berikut. Contoh pertama : Kota Bandung adalah kota yang paling kami cintai. Kota ini lebih sejuk dari kota lain yang sama besarnya di Indonesia. Kota ini juga lebih aman dibandingkan kota lainnya. Kota ini lebih kaya ragam budayanya dibanding kota lainnya yang sejenis. Contoh kedua : Secara ekonomi, kota ini sangat kondusif untuk berbisnis. Secara budaya, kota ini amat kaya akan ragam budaya etnis. Penduduknya relatif terbuka terhadap unsur etnis yang berbeda-beda dan yang memperkayanya. Secara geografis, kota ini terletak di daerah yang relatif tinggi, namun tidak terlalu tinggi yang membuat badan kami membeku seperti es. Artinya, kota ini relatif sejuk. Itulah antara lain tiga hal yang membuat kami merasa amat kerasan tinggal di kota Bandung ini. Contoh ketiga :
8
Faktor ekonomi, faktor budaya, dan faktor geografislah yang membuat kami amat kerasan tinggal di kota Paris Van Java ini. Secara ekonomis kami merasa amat mudah mencari sesuap nasi di kota ini. Asal kreatif hampir semua hal bisa dijadikan mata pencaharian. Secara budaya kami juga mudah diterima lingkungan masyarakat Sunda, sekalipun kami berasal dari tanah Karo yang terbuka benar kebudayaannya dengan mereka. Mereka amat terbuka menerima pendatang dari mana pun. Secara geografis, kami tidak terlalu kaget dengan hawa kota Bandung yang sejuk, malah kami merasa amat nyaman dibuatnya. Itulah tiga faktor yang membuat kami lagi-lagi amat kerasan tinggal di kota Bandung: faktor ekonomi, faktor budaya, dan faktor geografis. Contoh keempat : Tiba-tiba langit kota Bandung berubah menjadi gelap gulita. Petir menyambar-nyambar. Angin menderu amat kencang. Listrik mati mendadak. Hujan datang mengguyur amat tiba-tiba. Orang berlarian mencari perlindungan. Klakson berbagai kendaraan berbunyi serempak. Mobil-motor saling bertubrukan. Para sopir saling memaki di antara mereka. Pak polisi kebingungan menertibkan keadaan. Nyata benar kan perbedaan antara paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif – induktif, dan paragraf tersebar? Kalau belum ketemu, perhatikan sekali lagi tulisan italik pada masing-masing contoh, kecualai pada contoh terakhir yang tanpa italik meninjukkan bahwa memang gagasan utama paragraf tersebut memang tersebar. Sekarang kita sampailah pada hal yang teraskhir untuk pertemuan ini yaitu soal jenis tulisan. Ikutilah uraian berikut. Sebuah tulisan, ragamnya, amat ditentukan oleh paragraf-paragraf yang membentuknya. Bila secara dominan tulisan itu dibentuk oleh paragraf-paragraf deskripsi, maka tulisan tersebut disebut sebagai tulisan deskripsi. Bila paragraf-paragraf eksposisi mendominasi sebuah tulisan, maka tulisan tersebut kita kategorikan sebagai sebuah tulisan eksposisi. Bila paragraf-paragraf yang mendominasi sebuah tulisan berupa usaha meyakinkan pembacanya bahwa benar apa yang dikemukakan
9
penulisannya, maka tulisan itu termasuk ke dalam tulisan argumentasi. Sedangkan bila lebih banyak rentetan peristiwa yang mendominasi sebuah tulisan, artinya tulisan itu adalah tulisan narasi. Sekalipun demikian, harus diingat bahwa dalam sebuah tulisan narasi tidak berarti tidak ada paragraf deskripsi, paragraf eksposisi, bahkan paragraf argumentasi. Ketiga jenis paragraf (mungkin tidak keseluruhannya ada secara serempak) seringkali bisa menjadi alat narasi, bahkan memperkaya sebuah narasi. Demikian pula untuk jenis karangan lainnya. III. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF Sebuah paragraf yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Kesatuan yaitu semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan satu hal; 2) Koherensi yaitu kekompakan hubungan antara kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf tersebut; 3) Mengikuti pengembangan paragraf tertentu. Kesatuan paragraf ditunjukkan oleh adanya kalimat utama atau kalimat pokok dengan kalimat penjelas. Kalimat utama berfungsi sebagai petunjuk gagasan utama. Sedangkan kalimat penjelas berfungsi memperjelas gagasan yang terdapat pada kalimat utama. Hal ini berkaitan dengan letak kalimat utama dalam sebuah paragraf (perhatikan uraian tentang jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya, pembagian sebelumnya).
10
Sementara itu, koherensi atau kepaduan paragraf seringkali ditunjukkan dengan adanya penggunaan hal-hal berikut. Pertama, penggunaan reetisi. Repetisi ini berfungsi untuk menjaga kepaduan paragraf. Pengulangan ini juga merupakan petunjuk bahwa kata-kata yang diulang tadi merupakan kata kunci. Perhatikan contoh berikut. Di dalam hidupnya, manusia membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang itu dibutuhkan untuk menjaga harmoni hidup. Tanpa kasih sayang di antara sesama manusia, hidup manusia akan seperti binatang belaka. Pengulangan kata manusia dan frase sayang selain berfungsi menjaga kepaduan paragraf, juga berfungsi menekankan betapa pentingnya kasih sayang dalam hidup manusia. Penekanan itu dilakukan dengan repetisi sebagai sarananya. Sarana kedua yang menjaga kepaduan atau koherensi sebuah paragraf adalah penggunaan kata ganti. Kata ganti juga berfungsi menghindari kemonotonan kalimat. Dengan kata lain, agar kalimat-kalimat tersebut lebih bervariasi. Perhatikan contoh berikut. Lukman dan Rumi adalah dua kakak beradik. Mereka tinggal di sebuah komplek perumahan di Bandung Timur. Keduanya hidup rukun, Mereka pergi ke sekolahselalu bersama-sama. Orang tua mereka sangat bahagia melihat keduanya. Penggunaan kata mereka dan keduanya secara bergantian dan secara bervariasi menggantikan frase Lukman dan Rumi. Bayangkan bila penggunaan frase tersebut diulang-ulang. Sungguh membosankan dan kebosanan itu disebabkan karena tiadanya kepaduan paragraf. Sarana ketiga untuk menjaga kepaduan sebuah paragraf adalah penggunaan kata transisi (meliputi juga frase transisi). Kata transisi ini berfungsi sebagai penghubung atau katalisator antara antara satu kalimat dengan kalimat lain, antara satu gagasan dengan gagasan lain. Perhatikan contoh berikut.
11
Dalam hidup manusia selalu ada kebahagiaan dan kesedihan. Kedua hal itu datang silih berganti. Seperti siang dan malam. Kebahagiaan selalu diharap-harap datangnya. Seperti halnya kebahagiaan, kesedihan datang juga walaupun tidak kita harapkan. Ringkasnya, keduanya datang silih berganti. Perhatikan kata atau frase yang ditulis italik/miring paragraf contoh tersebut. Bagaimana menurut Anda kalau kata transisi atau frase transisi itu tidak ada ? Tidak padu paragrafnya, bukan? Gorys Kerap (1982a: 80-81) mengemukakan ada beberapa jenis kata transisi atau frase transisi. Secara rinci hal itu sebagai berikut. 1) Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya: lebih lagi, tambahan (pula), selanjutnya, di samping itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula), berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga. 2) Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut lebih dahulu: tetapi, namun, bagaimanapun, juga, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun. 3) Hubungan yang menyatakan perbandingan: sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana. 4) Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil: sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, karena itu , jadi, maka, akibatnya. 5) Hubungan yang menyatakan tujuan: untukmaksud itu, untuk maksud tersebut, supaya. 6) Hubungan yang menyatakan singkatan, contoh, intensifikasi: singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya. 7) Hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian. 8) Hubungan yang menyatakan tempat: di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.
12
IV. PENGEMBANGAN PARAGRAF Yang dimaksud dengan pengembangan alinea adalah usaha penulis untuk merinci gagasan utama ke dalam gagasan penjelas-gagasan penjelas kemudian, mengurutkan gagasan penjelasan-penjelasan ke dalam urutan yang runtut. Terdapat sepuluh metode pengembangan paragraf. Kesepuluh metode tersebut sebagai berikut . Pertama, metode klimak-antiklimaks. Metode ini meliputi metode klimaks dan metode antiklimaks. Metode klimaks adalah metode atau cara penilis mengembangkan gagasannya mulai dari hal-hal yang paling rendah tingkatannya berangsur-angsur menuju ke hal yang paling tinggi tingkatannya. Perhatikan contoh berikut. Si Uho, tukang beca memerlukan cinta. Pak Bakar yang pedagang juga memerlukan cinta. Pak Lurah juga memerlukan cinta. Pak Amr, guru sekolah juga memrlukan cinta . Pak Bupati pun memrrlukan cinta. Demikian juga, bapak Gubernur, ia memerlukan cinta. Bahkan Ibu Presiden pun memerlukan cinta. Semua memerlukan cinta, tidak ada kecuali. Si Uho, Pak Bakar, pak Lurah, Pak Amir, Pak Bupati, Bapak gubernur, dan Ibu Presiden adalah gambaran meningkatnya strata sosial yang paling rendah berangsur-angsutr menuju strata sosial yang paling tinggi (Si Uho- Ibu Presiden). Cara ini yang harus diperhatikan terutama adalah perkara peningkatan berangsur-angsur. Dengan demikian, cara ini juga menggambarkan betapa gagasan utama itu dikembangkan secara berangsur-angsur menaik atau meninggi. Sedangkan metode antiklimaks adalah cara penulis mengembangkan gagasannya mulai dari tingkatan yang paling tinggi berangsur-angsur menuju ke hal yang paling rendah. Perhatikan contoh berikut.
13
Kakek memakai baju baru ketika lebaran itu. Ayah ibu juga memakai baju baru. Kakak-kakakkujuga memakai baju baru juga. Aku juga memakai baju baru hadiah dari ibu karena puasaku tamat. Bahkan adik juga memakai baju baru juga. Kakek, ayah, ibu, kakak-kakakku, aku, dan adik adalah contoh antiklimaks. Urutan dari kakek sampai ke adik merupakan urutan dari tingkatan paling atas (dalam konteks itu) berangsur-angsur menuju ke tingkatan paling bawah yaitu adik. Kedua, metode pandangan adalah cara penulis mengembangkan gagasannya dengan memposisikan dirinya pada suatu tempat atau posisi tertentu dalam memandang sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa yang konkret juga sesuatu yang abstrak. Perhatikan contoh berikut. Dari lotengnya, ia memandang ke kejauhan. Nun di bawah terhampar kota Bandung yang luas. Di tengah-tengah kota itu tampak alun-alun kota Bandung lengkap dengan mesjid agungnya. Di sebelah utaranya tampak gedung menara BRI. Di sekitarnya tampak berbagai pusat perbelanjaan mulai dari pasar tradisional hingga ke pusat perbelanjaan modern seperti pasar swalayan dan sejenisnya. Tampak benar bedanya dengan keadaan dua puluh lima tahun yang lalu ketika ia masih kecil. Ketika itu ia masih bisa berkeliling alun-alun dan sekitarnya hanya dengan menunggang delman. Keadaan alun-alun waktu itu masih amat lengang dan leluasa tidak seperti sekarang yang hiruk pikuk, padat oleh bangunan bertingkat dan kendaraan bermotor, bukan kendaraan sejenis delman. Perhatikan bagian awal paragraf yang menggambarkan suasana alun-alun pada masa kini. Sedangkan bagian berikutnya merupakan pandangan penulis tentang keadaan alun-alun pada masa lalu. Ketiga, metode perbandingan dan pertentangan yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dengan menunjukkan persamaan atau perbedaan mengenai dua hal, dua orang, dua objek atau dua gagasan berdasarkan segi-segi tertentu. Perhatikan contoh berikut.
14
Pendidikan yang berlangsung di rumah dengan pendidikan yang berlangsung di sekolah amat berbeda. Di sekolah kurikulumnya jelas, sedangkan di rumah bisa dikatakan tidak memiliki kurikulum. Bila di rumah tidak ada bahan pembelajaran yang eksplisit, maka di sekolah bahan pembelqajaran itu harus eksplisit dan disusun secara berencana. Bila di sekolah ada ujian atau tes, di rumah tidak ada hal semacam itu. Evaluasi bisa dilakukan dengan cara orang tua menegur anak-anak ketika mereka bersalah. Tampak betul bukan segi-segi yang diperbandingkan dan dipertentangkan/ Pertama, yang diperbandingkan dan dipertentangkan adalah soal kurikulum. Kedua, soal, bahan pembelajaran. Ketiga, soal evaluasi. Mungkin masih banyak yang bisa diperbandingkan dan dipertentangkan. Keluasan dan kedalaman perbandingan dan pertentangan itu sangat tergantung dari kedalaman dan keluasan wawasan penulis.
15
V. PENGEMBANGAN PARAGRAF (Lanjutan I) Keempat, metode analogi yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dengan membandingkan segi kesamaan dari dua hal yang berbeda sebagai sebuah ilustrasi. Analogi seringkali digunakan untuk membendingkan hal yang tidak atau kurang dikenal digunakan untuk membandingkan hal yang tidak atau kurang dikenal umum dengan sesuatu yang sudah dikenal umum. Tujuannya untuk memperkenalkan sesuatu yang kurang atau belum dikenal kepada khalayak. Perhatikan contoh berikut. Teknik penceritaan dalam sastra modern bisa dianalogikan atau disamakan dengan cara kita bercerita kepada siapapun dalam suasana lisan. Ada kalanya kita memaparkan peristiwa, mdan ada kalanya kita mengalihkan pikiran tokoh yang kita ceritakan seolah-olah itu pikiran kita yang bercerita. Dalam sastra modern pun demikian pula. Ada teknik yang disebut wicara yang dilaporkan berupa dialog-dialog tokoh. Ada teknik wicara yang dinarasikan yaitu ketika pencerita memaparkan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Ada pula teknik wicara alihan yaitu ketika pencerita mengalihkan wicara tokoh seolah-olah wicaranya sendiri.
16
Perhatikanlah bagaimana teknik penceritaan sastra modern disamakan dengan cara kita bercerita dalam bahasa lisan dalam kehidupan sehari-hari. Harus diingat analog adalah cara penulis ‘memaparkan’ persoalan agar pembaca lebih memahami apa yang dipaparkannya. Kelima, metode contoh yaitu cara penulis me4ngembangkan gagasannya dengan cara mengemukakan sebuah contoh ut6 menjelaskan hal-hal umum atau generalisasi. Perhatikan contoh berikut. Penerapan teknologi itu harus diiringi pula oleh usaha mempersiapkan mental para pemakainya. Contohnya penggunaan boks telepon umum. Karena masyarakat kita belum siap atau belum memiliki kesadaran yang baik, boks telepon umum itu seringkali mereka pakai untuk buang air kecil atau kencing. Mungkin saja kita bisa memahami mereka karena kebelet pipis, tetapi kenapa harus kencing di boks telepon umum ? Sederhana bukan? Contoh terutama digunakan untuk mengkongkretkan persoalan. Contoh juga digunakan agar pembaca lebih mudah memahami gagasan umum penulisannya. Keenam, metode proses yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dengan mengurutkan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Hal yang harus dilakukan penulis ialah pertama, mengetahui rincian secara menyeluruh; kedua, mengklasifikasikan proses sesuatu itu atas tahap-tahap; dan ketiga, menjelaskan tiap tahap secara detil dan tegas agar pembaca melihat keseluruhan proses dengan jelas. Perhatikan contoh berikut. Kecelakaan itu secara kronologis prosesnya sebagai berikut. Pertama, lampu stopan itu sudah menyala merah, tetapi supir sngkutan kota yang kami tumpangi itu tetap menerobotnya. Kedua, kami pun berusaha memperingatkan dengan berbagai cara, tetapi ia tidak menghiraukannya. Ketiga, dengan tiba-tiba fari arah
17
berlawanan ada sedan mau belok kiri, karena sedang itu dalam kecepatan tinggi lajunya, tidak bisa dihindari lagi tubrukan itupun terjasilah. Andai saja sedan itu tidak melaju dengan kencang, kendaraan itu bisa berhenti seperti kendaraan lainnya, sekalipun ia harus menyumpah-serapahi pengemudi angkot yang sembrono itu. Terakhir, aku tidak sadar setelah terjadi tubrukan itu, tahu-tahu aku sudah di rumah sakit bersama penumpang lainnya. Kami semua luka-luka. Perhatikanlah urutan dari awal hingga akhir kecelakaan itu. Penulis bersama penumpang lain menggambarkannya secara detil, hingga ia dan sesama penumpang harus dirawat. Ketujuh, metode sebab-akibat yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dengan mengemukakan rincian-rincian berupa akibat sesuatu sebab. Sebab sesuatu sebagai gagasan utamanya, akibat sebagai gagasan penjelasnya. Perhatikan contoh berikut. Anak-anak itu malas bekerja. Dapatkah mereka bertahan dalam kemalasan? Ketika mereka lapar. Karena mereka malas bekerja, mereka mencuri jemuran orang. Mereka jual pakaian orang dengan harga yang sangat murah. Keruan saja pembelinya curiga, tapi dibelinya juga seba tindakan pura-pura. Sementara ia menelepon polisi, para pencoleng itu makan di warung dengan enaknya. Ketika mereka selesai makan, polisi sudah menjemput mereka dengan brogol di tangan kanan dan pakaian orang di tangan kiri. Mereka tidak bisa mengelak. Karena malas bekerja sebagai sebab mengakibatkan mereka mencuri jemuran orang. Karena itu mereka ditankap dan ditahan Polisi. Dari satu sebab memang bisa mengakibatkan beberapa hal. Selain metode sebab-akibat, bisa juga dilakukan sebaliknya yaitu metode akibat-sebab. Sebab digunakan sebagai rinciannya, sementara itu akibat sebagai gagasan utamanya. Contohnya sebagai berikut. Mereka kini mendekam di penjara. Pertama, mereka mabuk-mabuk di tempat umum. Kedua, mereka membuat keributan di tempat umum. Ketiga, mereka membunuh orang-orang secara membabi buta. Terakhir, mereka melawan petugas ketika ditangkap. Itulah sebab-sebab mereka di penjara seumur hidup.
18
Jelas betul perbedaannya dengan metode sebab-akibat, bukan? Ini memang kebalikan dari metode sebab-akibat. VI. PENGEMBANGAN PARAGRAF (Lanjutan II) Kedelapan, metode umum-khusus yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dari hal-hal umum ke hal-hal khusus sebagai rinciannya. Perhatikan. Perhatikan contoh berikut. Anak-anak suka benar gula-gula. Mereka berusaha dengan berbagai cara. Kadang-kadang mereka sembunyi-sembunyi dari orang tuanya. Kadang-kadang pula mereka lupa bahwa mereka sembunyi-sembunyi, padahal sisa gula-gula itu masih menempel pada gigi mereka. Serinkali mereka juga lupa menyimpan gula-gula itu di saku bajunya. Kalimat kedua dan seterusnya merupakan rincian betapa anak-anak suka pada gula-gula. Itulah metode umum-khisis. Kebalikan dari metode ini yaitu metode khusus-umum. Ikutilah contoh berikut. Mereka senang sekali bermain bola sepak. Mereka kadang-kadang bermain seharian, lupa makan, tidur siang. Mereka juga senang membaca carita. Itulah dunia anak-anak, dunia bermain. Itulah dunia anak-anak, dunia bermain, merupakan simpulan atau hal umum dari hal-hal khusus yang merupakan rinciannya. Marilah kita beralih ke metode lainnya.
19
Kesembilan, metode klasifikasi yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dengan mengelompokkan hal-hal atau benda-benda yang dianggap memiliki persamaan. Kerja klasifikasi terutama mempersatukan sesuatu yang sama dan memisahkan hal yang beda, baru mengelompokkannya ke dalam hal yang sama. Ikutilah contoh berikut. Perhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan di dalamnya. Berdasarkan kecerdasannya, manusia dibagi atas empat kelompok. Pertama, manusia yang jenius. Kelompok ini sangat jauh melampaui manusia yang rata-rata. Kedua, orang-orang panda. Kelompok ini satu tingkat di atas kelompok rata-rata. Ketiga, kelompok rata-rata, yaitu kelompok yang kepandaiannya biasa-biasa. Kelompok terakhir yaitu kelompok lambat, yaitu kelompok manusia yang kepandaiannya di bawah rata-rata. Tampak benar berbagai kelompok kecerdasan itu masuk kelomponya karena memiliki kecerdasan yang sama. Sedangkan yang berbeda tingkat kecedasannya dipisahkan, kemudian dikelompokkan dengan mereka yang memiliki tingkat kecerdasan yang sama. Metode pengembangan paragraf yang terakhir adalah metode definisi luas yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dengan memberi keterangan atau arti suatu istilah. Bila definisi cukup satu kalimat, maka definisi luas harus dalam satu paragraf. Perhatikan contoh berikut. Karya sastra adalah ekspresi artistik manusia dengan menggunakan bahasa. Tidak semua artistik menggunakan bahasa, juga tidak semua ekspresi yang menggunakan bahasa adalah sastar. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan sastra atau karya sastra harus selalu dikaitkan antara ekspresi artistik di satu pihak dan dikaitkan antara ekspresi artistik di satu pihak dan penggunaan media bahasa di pihak lainnya. Dengan demikian, kita akan beroelh pemahaman yang benar.
20
Itulah definisi luas yang memang lebih luas daripada definisi formal. Definisi luas juga merupakan perluasan dari definisi formal. VII. PRA-MENULIS DAN KERANGKA KARANGAN Kegiatan menulis sesungguhnya merupakan proses panjang yang dimulai dengan kegiatan pramenulis hingga diakhiri kegitan menulis kembali. Pada bagian ini akan dirinci apa yang harus dilakukan pada kegiatan pramenulis itu. Kegiatan pramenulis meliputi dua kegiatan. Pertama, kegiatan membaca bahan-bahan yang relevan dengan topik yang akan kita tulis. Kedua, kegiatan merencanakan tulisan yang mau kita susun/ tulis. Kegiatan membaca bahan-bahan yang relevan akan mudah terarah bila kita sudah memiliki topik yang akan kita tulis. Makin spesifik topik yang akan kita tulis, makin terarah kegiatan membaca bahan-bahan yang relevan itu. Semakin kabur topik yang akan kita tulis, makin tidak terarah kegiatan membaca bahan yang relevan kita lakukan. Sesungguhnya kedua kegiatan pramenulis ini amat menuntut keluasan pengalaman membaca kita sebagai penulis. Bagaimanapun kedua kegiatan pramenulis ini saling berinteraksi satu sama lain. Dengan kata lain, resi prokal. Rencana karangan yang
21
akan kita tulis sangat tergantung kepada kegiatan membaca yang relevan tadi. Demikian pula kegiatan membaca bahan yang relevan amat tergantung kepada rencana karangan yang akan kita tulis. Misalnya kita menemukan ide yang cemerlang berdasarkan bacaan tadi, maka bisa saja kita mengubah, memperbaiki, mengurangi, menambah rencana yang sudah ditentukan semula. Itu lebih bagus. Kemudian kita pun mengubah kembali rencana karangan. Berdasarkan rencana karangan itulah kita dapat mencari bahan bacaan yang relevan. Demikianlah bolak-nalik terus menerus antara membaca bahan yang relevan dengan menulis rencana karangan, sampai kita benar-benar merasa cukup tidak lagi memperbaiki rencana karangan. Paling-paling yang kita lakukan bersiap-siap menulis berdasarkan rencana karangan yang sudah kita susun. Untuk menyusun sebuah rencana karangan yang baik, kita harus mengikuti langkah berikut. Pertama, tentukan dulu judul karangan yang akan kita tulis secara spesifik. Kedua, inventarisasi ide apapun yang muncul berkenaan judul yang spesifik tadi. Ketika meninventarisasi ide itu jangan sekali-kali kita mengoreksinya. Itu akan memperlambat pekerjaan kita. Setelah kita anggap cukup, berhentilah menginventarisasi ide. Koreksilah ide-ide itu berdasarkan relevansinya dengan judul yang akan kita tulis sebagai langkah ketiga. Keempa, kelompokkanlah ide-ide yang sudah terkoreksi itu berdasarkan klasifikasi tertentu. Dengan demikian, kita sudah memberi judul untuk ide-ide yang sejenis tadi. Terakhir urutkanlah pengelompokkan tersebut berdasarkan urutan yang benar. Dengan demikian, jadilah sebuah kerangka karangan. Bacalah bahan-bahan yang relevan berdasarkan kerangkan tersebut. Jangan bosan memperbaiki rencana karangan itu berdasarkan penelusuran bahan bacaan. Dengan demikian, rencana karangan itu relatif spesifik dan mendalam.
22
VIII. MENULIS, MENYUNTING, DAN MENULIS KEMBALI Setelah kita siap benar dengan rencana karangan, kita sudah siap menulis. Menulislah berdasarkan kerangka itu. Namun demikian, bila di tengah perjalanan kita menemukan ide cemerlang dan relevan dengan tulisan yang sedang kita tulis itu, tambahkanlah. Namun harus diingat, selama masih relevan dengan rencana dan memiliki dampak membuat tulisan kita makin mendalam hal itu baru boleh dilakukan. Sekali-sekali janganlah sambil kita menulis kita mengoreksi karangan/ tulisan kita. Hal itu akan memperlambat pekerjaan kita. Konsentrasilah penuh hanya pada tulisan yang sedang kita tulis. Konsentrasi kita teruji benar bila apapun gangguan yang menggoda kita kit6a masih bisa berkonsentrasi pada tulisan kita. Setelah kita selesai menulis, barulah kita memasuki tahap berikutnya, yaitu tahap penyuntingan. Secara sederhana tahap penyuntingan ditujukan kepada dua hal. Pertama, pada isi karangan/tulisan yang baru kita tulis. Kedua, pada persoalan tatatulis atau ejaan yang kita pergunakan.
23
Penyuntingan terhadap isi karangan/tulisan tertuju kepada tiga hal. Pertama, pada pengembangan paragraf yang kita pergunakan dalam tulisan itu. Pertanyaan yang bisa kita ajukan: benarkah?, bervariasikah/ Kedua, pada persoalan koherensi atau kepaduan keseluruhan paragrafnya. Ketiga pada persoalan kohesivitas atau kesatuan paragraf-paragrafnya. Gunakanlah tinta yang warnanya berbeda dengan warna tinta yang kita gunakan untuk menulis agar kegiatan penyuntingan yang kita lakukan tampak hasilnya secara jelas. Penyuntingan terhadap tatatulis kita lakukan dengan tinta yang berbeda pula. Bila kita ragu, bukalah buku pedoman ejaan dari pihak yang memiliki otoritas. Tandailah kesalahan-kesalahan itu secara jelas. Bentuk tandanya terserah kita. Periksa kembali sudahkah kita paham di mana kita melakukan kesalahan dan memperbaikinya. Berilah catatan perbaikan itu (isi dan ejaan) di dekat tulisan yang kita perbaiki. Tahap berikutnya yaitu menulis kembali. Lakukanlah kegiatan ini setelah kita yakin benar bahwa kesalahan isi dan tatatulis sudah kita perbaiki. Menulislah dengan teliti karena ketelitian itu akan mereferensikan pemiliknya.

0 komentar: